Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah Bawang Putih Bisa Menyembuhkan Penyakit Paru Paru?

Apakah Bawang Putih Bisa Menyembuhkan Penyakit Paru Paru?
Apakah Bawang Putih Bisa Menyembuhkan Penyakit Paru Paru?

Apakah Bawang Putih Bisa Menyembuhkan Penyakit Paru Paru?

Daftar isi
1. Asma
2. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
3. Bronkitis kronis
4. Emfisema
5. Kanker paru-paru
6. Kesimpulan

Beberapa Jenis Penyakit Paru - Paru.
Ada banyak sekali jenis penyakit paru - paru, untuk lengkapnya anda bisa lihat di bawah [1][2]

Untuk keperluan tulisan ini, saya hanya akan mengambil beberapa contoh saja.

1. Asma

Mari kita membaca beberapa definisi tentang asma.
1.1. Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan usia, baik muda atau tua.

Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa hal yang kerap memicunya, seperti asap rokok, debu, bulu binatang, aktivitas fisik, udara dingin, infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia.

Bagi seseorang yang memiliki penyakit asma, saluran pernapasannya lebih sensitif dibandingkan orang lain yang tidak hidup dengan kondisi ini. Ketika paru-paru teriritasi pemicu di atas, maka otot-otot saluran pernapasan penderita asma akan menjadi kaku dan membuat saluran tersebut menyempit. Selain itu, akan terjadi peningkatan produksi dahak yang menjadikan bernapas makin sulit dilakukan.[4]

1.2. Asma adalah penyakit pada saluran udara yang membuat sulit bernafas dimana ada peradangan saluran udara yang menghasilkan penyempitan sementara saluran udara yang membawa oksigen ke paru-paru. Penyempitan saluran ini menghasilkan gejala asma seperti: sesak napas, batuk, dan sesak dada. Jika dalam kondisi yang parah, asma dapat mengakibatkan penurunan aktivitas dan ketidakmampuan untuk berbicara.

Ada tiga ciri utama asma
1.2.1. Obstruksi saluran pernapasan. Selama proses bernafas secara normal, pita-pita otot yang mengelilingi saluran udara dalam keadaan rileks dan udara bergerak bebas. Akan tetapi pada penderita asma, zat-zat penyebab alergi, pilek dan virus pernapasan serta pemicu lingkungan membuat pita-pita otot di sekitar saluran udara mengencang, sehingga udara tidak dapat bergerak bebas. Kurangnya udara yang masuk menyebabkan seseorang merasa sesak napas dan udara yang keluar melalui saluran udara yang ketat menyebabkan suara siulan yang dikenal sebagai “mengi”.

1.2.2. Peradangan. Orang dengan asma memiliki saluran bronkial yang merah dan bengkak. Peradangan ini dianggap berkontribusi besar terhadap kerusakan jangka panjang yang dapat menyebabkan asma ke paru-paru. Oleh karena itu, mengobati peradangan ini adalah kunci untuk mengelola asma dalam jangka panjang.

1.2.3. iritabilitas saluran pernapasan. Saluran udara penderita asma sangat sensitif. Saluran udara cenderung bereaksi berlebihan (menyempit) karena dipicu oleh hal sekecil apa pun seperti serbuk sari, bulu binatang, debu, atau asap.[5]

1.3. Asma (dalam bahasa Yunani ἅσθμα, ásthma, "terengah") adalah peradangan kronis yang umum terjadi pada bronkus yang ditandai dengan gejala yang bervariasi dan berulang, penyumbatan saluran napas yang bersifat reversibel dan spasme bronkus. Gejala umum meliputi mengi, batuk, dada terasa berat, ekspirasi memanjang, dan sesak napas.

Asma diperkirakan disebabkan oleh kombinasi faktor genetika dan lingkungan.[6]

1.4. Asma  adalah penyakit heterogen yang biasanya ditandai oleh peradangan kronik jalan napas. Penyakit ini dapat diketahui oleh adanya keluhan pernapasan seperti sesak napas, batuk, rasa berat di dada dan juga mengi yang sifatnya dapat ringan sampai berat, bisa sembuh sendiri dengan atau tanpa pengobatan bersamaan dengan adanya hambatan aliran udara ekspirasi yang bervariasi.

Saluran napas penderita asma berbeda dengan saluran napas yang normal. Pada keadaan serangan terjadi spasme saluran napas sehingga saluran napas menyempit, dinding saluran napas menebal karena terjadi bengkak, serta terjadi hipersekresi kelenjar sub mukosa saluran napas dan terjadi sebukan-sebukan sel radang yang akan mengeluarkan zat-zat kimia sitokin dan mediator yang dapat menyebabkan peradangan saluran napas.

Perlu diketahui bahwa  latar belakang proses penyakit (fenotip) asma antara satu orang dengan lainya berbeda-beda. Fenotip asma meliputi asma alergi, asma non alergi, asma usia tua, asma dengan hambatan aliran udara yang menetap serta asma pada obesitas. Perbedaan fenotip-fenotip inilah yang menyebabkan perbedaan penatalaksanaan asma satu dengan lainnya.[7]

1.5. Dari definisi - definisi diatas, bisa diambil kesimpulan sementara bahwa asma memiliki unsur peradangan dan alergi.

1.6. Apakah bawang putih memiliki manfaat untuk penyakit asma?

Ada banyak sekali klaim yang menyatakan bahwa bawang putih bisa menolong penderita asma. Anehnya banyak penelitian yang menunjukkan bahwa bawang putih bisa menyebabkan alergi pada manusia yang akhirnya mengakibatkan asma.

Pada tahun 2000 terbit sebuah penelitian mengenai asma dengan judul Alternative medicine for allergy and asthma. [8]

Didalam penelitian ini disebutkan bahwa bawang putih bisa berperan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan sebagai ekspektorat / melegakan pernafasan. Artinya, penelitian ini memandang asma dari aspek peradangan dan alergi. Secara teori bawang putih memang memiliki manfaat anti inflamasi yang bisa mengurangi peradangan, bawang putih juga memiliki manfaat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tubuh lebih bisa mengantisipasi alergi.

Pada tahun 2008 diterbitkan laporan dengan judul Unconventional therapy use among asthma patients in a tertiary care center in Riyadh, Saudi Arabia. [9]

Di laporan ini hanya dijelaskan bahwa bawang putih bisa meningkatkan daya tahan tubuh sehingga asma bisa diatasi.

Hal yang lain, ternyata banyak juga penelitian ilmiah yang menyatakan bawang putih merupakan salah satu penyebab alergi yang bisa menimbulkan asma.

Lybarger, J. A., Gallagher, J. S., Pulver, D. W., Litwin, A., Brooks, S., & Bernstein, I. L. (1982). Occupational asthma induced by inhalation and ingestion of garlic. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 69(5), 448-454. [10]

Falleroni, A. E., Zeiss, C. R., & Levitz, D. (1981). Occupational asthma secondary to inhalation of garlic dust. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 68(2), 156-160. [11]

Añibarro, B., Fontela, J. L., & De La Hoz, F. (1997). Occupational asthma induced by garlic dust. Journal of allergy and clinical immunology, 100(6), 734-738. [12]

van der Walt, A., Singh, T., Baatjies, R., Lopata, A. L., & Jeebhay, M. F. (2013). Work-related allergic respiratory disease and asthma in spice mill workers is associated with inhalant chili pepper and garlic exposures. Occup Environ Med, 70(7), 446-452. [13]

Jadi untuk asma, manfaat bawang putih masih meragukan.

2. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit peradangan paru yang berkembang dalam jangka waktu panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara dari paru-paru karena terhalang pembengkakan dan lendir atau dahak, sehingga penderitanya sulit bernapas.

Sebagian besar pederita PPOK adalah orang-orang yang berusia paruh baya dan perokok. Penderita penyakit ini memiliki risiko untuk mengalami penyakit jantung dan kanker paru-paru. [14]

Apakah bawang putih memiliki manfaat untuk penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik?

Belum ada penelitian secara khusus mengenai manfaat bawang putih dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik, namun jika kita memandang penyakit ini sebagai radang pada paru paru, bawang putih merupakan anti radang yang cukup ampuh.

3. Bronkitis kronis

Bronkitis adalah peradangan yang terjadi pada saluran utama pernapasan atau bronkus. Bronkus berfungsi sebagai saluran yang membawa udara dari dan menuju paru-paru. Seseorang yang menderita bronkitis biasanya ditandai dengan munculnya gejala batuk yang berlangsung selama satu minggu atau lebih.

Secara umum, bronkitis terbagi menjadi dua tipe, yakni:

Bronkitis akut. Kondisi ini umumnya dialami oleh anak berusia di bawah 5 tahun. Bronkitis tipe akut biasanya pulih dengan sendirinya dalam waktu satu minggu hingga 10 hari. Namun, batuk yang dialami dapat berlangsung lebih lama.

Bronkitis kronis. Bronkitis tipe ini biasanya dialami oleh orang dewasa berusia 40 tahun ke atas. Bronkitis kronis dapat berlangsung hingga 2 bulan, dan merupakan salah satu penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Bronkitis disebabkan oleh infeksi virus, dan lebih rentan menyerang perokok dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. [15]

Ada sebuah pernyataan menarik yang tertulis dalam sebuah laporan ilmiah yang terbit tahun 2013 yang berjudul Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Fraksi Nonpolar Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans Dan Pseudomonas aeruginosa Serta Bioautografi, bunyinya sebagai berikut:

Infeksi usus, infeksi saluran pernafasan, kulit dan luka-luka akibat gigitan hewan berbisa (Singgih, 2005), bronkitis dan antikanker (Evans, 2002) yang dapat disembuhkan dengan obat yang ramuannya menggunakan bawang putih.

Bawang putih memiliki pengaruh terapi karena mengandung senyawa aktif seperti sattive, allyl sulphide, allicin, allyl propyl disulphide, allyl vinyl suphoxide, allistatin, garlicin dan alkyl thiosulphinate. [16]

4. Emfisema

Emfisema adalah penyakit kronis akibat kerusakan kantong udara atau alveolus pada paru-paru. Seiring waktu, kerusakan kantong udara semakin parah sehingga membentuk satu kantong besar dari beberapa kantong kecil yang pecah.

Akibatnya, luas area permukaan paru-paru menjadi berkurang yang menyebabkan kadar oksigen yang mencapai aliran darah menurun. Kondisi ini juga membuat paru-paru membesar secara perlahan akibat udara yang terperangkap di dalam kantong dan sulit dikeluarkan.

Emfisema merupakan salah satu dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK ). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013, 4 dari 100 orang di Indonesia menderita PPOK. Penanganan emfisema ditujukan untuk menghambat perkembangan penyakit tersebut, namun kerusakan pada paru-paru tidak dapat dipulihkan kembali.

Penyebab utama terjadinya emfisema adalah paparan zat di udara yang mengiritasi paru-paru dalam jangka waktu panjang. Zat yang mengakibatkan iritasi tersebut dapat berupa:

Asap rokok. Emfisema banyak dialami perokok, baik aktif maupun pasif, yang terpapar asap rokok dalam waktu lama.
Polusi udara.
Asap atau debu bahan kimia.

Sayangnya belum ada penelitian yang menghubungkan antara manfaat bawang putih dengan emfisema.

5. Kanker paru-paru

Hal paling menarik dari bawang putih adalah bawang putih diduga memiliki efek kemopreventif, antikanker / mencegah kanker. Jadi bukan hanya kanker paru paru saja.

Ada banyak sekali penelitian yang menghubungkan bawang putih dan kanker, diantaranya sebagai berikut:

РАКА, В. П. (2003). Extract of garlic (Allium sativum) in cancer chemoprevention. Experimental oncology, 25, 93-97. [17]

Rahman, K., & Lowe, G. M. (2006). Significance of garlic and its constituents in cancer and cardiovascular disease. J Nutr, 136(3 suppl), 736S-740S. [18]

Sengupta, A., Ghosh, S., Bhattacharjee, S., & Das, S. (2004). Indian food ingredients and cancer prevention-an experimental evaluation of anticarcinogenic effects of garlic in rat colon. Asian Pacific journal of cancer prevention, 5(2), 126-132. [19]

Mulrow, C., Lawrence, V., Ackermann, R., Ramirez, G., Morbidoni, L., Aguilar, C., ... & Harris, M. (2000). Garlic: effects on cardiovascular risks and disease, protective effects against cancer, and clinical adverse effects. Evid Rep Technol Assess (Summ), 20, 1-4. [20]

Das, S. (2002). Garlic—a natural source of cancer preventive compounds. Asian Pac J Cancer Prev, 3(4), 305-11. [21]

6. Kesimpulan
Secara umum bawang putih memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
Konsultasikan pada dokter jika anda bermaksud mengkonsumsi bawang putih sebagai obat.

Cukup sekian dulu ya, semoga berguna.

Catatan tambahan
1. Saya bukan ahli dibidang kesehatan.
2. Tulisan saya ini hanya sebagai bahan belajar saja.
3. Jangan menjadikan tulisan saya sebagai panduan pengobatan.
4. Semua LINK sudah saya tes dan masih menyala saat artikel saya terbitkan.
5. Saya sangat membutuhkan kritik, saran dan masukan dari anda, silahkan anda tulis di komentar.

Sumber:
[1] Diseases, T. (2019). The Top 8 Respiratory Illnesses and Diseases. Unitypoint.org. Retrieved 14 September 2019, from https://www.unitypoint.org/homecare/article.aspx?id=2448b930-1451-43e4-8634-c0c16707c749

[2] Lung Disease A - Z | the lung association. (2019). Lung.ca. Retrieved 14 September 2019, from https://www.lung.ca/lung-health/lung-disease

[3] 12 Jenis Penyakit Kronis Pengganggu Paru-paru Manusia. (2019). KOMPASIANA. Retrieved 14 September 2019, from https://www.kompasiana.com/pedulisehat/5c90a77a0b531c6d405d7ed4/12-jenis-penyakit-kronis-pengganggu-paru-paru-manusia

[4] Asma. (2014). Alodokter. Retrieved 14 September 2019, from https://www.alodokter.com/asma

[5] Hutapea, b. (2018). Apa itu Asma? Ciri - Ciri, Gejala, Penyebab. Rumah Sakit Terbaik Berstandarisasi Internasional | Ciputra Hospital. Retrieved 14 September 2019, from https://www.ciputrahospital.com/apa-itu-asma-ciri-ciri-gejala-penyebab/

[6] Asma. (2019). Id.wikipedia.org. Retrieved 14 September 2019, from https://id.wikipedia.org/wiki/Asma

[7] Ditjen Yankes. (2019). Yankes.kemkes.go.id. Retrieved 14 September 2019, from http://yankes.kemkes.go.id/read-asma-penting-diwaspadai-never-too-early-never-too-late-4209.html

[8] Ziment, I., & Tashkin, D. P. (2000). Alternative medicine for allergy and asthma. Journal of allergy and clinical immunology, 106(4), 603-614. https://www.jacionline.org/article/S0091-6749(00)37339-0/fulltext

[9] Al Moamary, M. S. (2008). Unconventional therapy use among asthma patients in a tertiary care center in Riyadh, Saudi Arabia. Annals of thoracic medicine, 3(2), 48. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2700461/

[10] Lybarger, J. A., Gallagher, J. S., Pulver, D. W., Litwin, A., Brooks, S., & Bernstein, I. L. (1982). Occupational asthma induced by inhalation and ingestion of garlic. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 69(5), 448-454. https://www.jacionline.org/article/0091-6749(82)90120-8/pdf

[11] Falleroni, A. E., Zeiss, C. R., & Levitz, D. (1981). Occupational asthma secondary to inhalation of garlic dust. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 68(2), 156-160. https://www.jacionline.org/article/0091-6749(81)90173-1/pdf

[12] Añibarro, B., Fontela, J. L., & De La Hoz, F. (1997). Occupational asthma induced by garlic dust. Journal of allergy and clinical immunology, 100(6), 734-738. https://www.jacionline.org/article/S0091-6749(97)70266-5/fulltext

[13] van der Walt, A., Singh, T., Baatjies, R., Lopata, A. L., & Jeebhay, M. F. (2013). Work-related allergic respiratory disease and asthma in spice mill workers is associated with inhalant chili pepper and garlic exposures. Occup Environ Med, 70(7), 446-452. http://digitalknowledge.cput.ac.za/bitstream/11189/2028/3/Van%20der%20Walt_A_Singh_T_Baatjies_Roslynn_Lopata_A_Jeebhay_M_AppSci_2013.pdf

[14] Penyakit Paru Obstruktif Kronis. (2016). Alodokter. Retrieved 14 September 2019, from https://www.alodokter.com/penyakit-paru-obstruktif-kronis

[15] Bronkitis. (2014). Alodokter. Retrieved 15 September 2019, from https://www.alodokter.com/bronkitis

[16] Dewangga, L. A. (2013). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Fraksi Nonpolar Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans Dan Pseudomonas aeruginosa Serta Bioautografi (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). http://eprints.ums.ac.id/22763/15/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

[17] РАКА, В. П. (2003). Extract of garlic (Allium sativum) in cancer chemoprevention. Experimental oncology, 25, 93-97. http://exp-oncology.com.ua/wp/wp-content/uploads/magazine/274.pdf?upload=

[18] Rahman, K., & Lowe, G. M. (2006). Significance of garlic and its constituents in cancer and cardiovascular disease. J Nutr, 136(3 suppl), 736S-740S. https://www.researchgate.net/profile/Bhupendra_Solanke/post/Are_there_any_clinical_studies_on_garlic_oil_capsules/attachment/59d61db779197b80779799be/AS:272470131576841@1441973349966/download/Garlic+and+Cardiovascular+Disease_Critical+Review.pdf

[19] Sengupta, A., Ghosh, S., Bhattacharjee, S., & Das, S. (2004). Indian food ingredients and cancer prevention-an experimental evaluation of anticarcinogenic effects of garlic in rat colon. Asian Pacific journal of cancer prevention, 5(2), 126-132. https://pdfs.semanticscholar.org/da4f/102c671989ab6623ff31874a9d459698b4b5.pdf

[20] Mulrow, C., Lawrence, V., Ackermann, R., Ramirez, G., Morbidoni, L., Aguilar, C., ... & Harris, M. (2000). Garlic: effects on cardiovascular risks and disease, protective effects against cancer, and clinical adverse effects. Evid Rep Technol Assess (Summ), 20, 1-4. https://pdfs.semanticscholar.org/8443/88a98bbccb28ce886c2596840ee0cc81d745.pdf

[21] Das, S. (2002). Garlic—a natural source of cancer preventive compounds. Asian Pac J Cancer Prev, 3(4), 305-11. https://www.researchgate.net/profile/Sukta_Das/publication/10786836_Garlic_-_A_Natural_Source_of_Cancer_Preventive_Compounds/links/02bfe50e1350a9043f000000.pdf

Posting Komentar untuk "Apakah Bawang Putih Bisa Menyembuhkan Penyakit Paru Paru?"