Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BENARKAH JENGKOL BERMANFAAT UNTUK KANKER? MANFAAT JENGKOL UNTUK KANKER PAYUDARA, MANFAAT JENGKOL UNTUK KANKER

BENARKAH JENGKOL BERMANFAAT UNTUK KANKER? MANFAAT JENGKOL UNTUK KANKER PAYUDARA, MANFAAT JENGKOL UNTUK KANKER

BENARKAH JENGKOL BERMANFAAT UNTUK KANKER? MANFAAT JENGKOL UNTUK KANKER PAYUDARA, MANFAAT JENGKOL UNTUK KANKER
BENARKAH JENGKOL BERMANFAAT UNTUK KANKER? MANFAAT JENGKOL UNTUK KANKER PAYUDARA, MANFAAT JENGKOL UNTUK KANKER

manfaat jengkol untuk kanker payudara, manfaat jengkol untuk kanker, manfaat jengkol kanker, manfaat jengkol untuk penderita kanker, manfaat jengkol buat kanker, manfaat jengkol bagi kanker, manfaat jengkol anti kanker, manfaat jengkol terhadap kanker

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Hari ini kita akan membahas apakah benar jengkol memiliki manfaat untuk kanker?

SEKILAS TENTANG JENGKOL

Jengkol atau jering (Archidendron pauciflorum, sinonim: Archidendron jiringa, Pithecellobium jiringa, dan Pithecellobium lobatum) adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara. Bijinya digemari di Malaysia (disebut "jering"), Myanmar (disebut "da nyin thee'"), dan Thailand (disebut "luk-nieng" atau "luk neang").[1] Masyarakat Indonesia mengenalnya sebagai bahan pangan.

Jengkol termasuk suku polong-polongan (Fabaceae). Buahnya berupa polong dan bentuknya gepeng berbelit membentuk spiral, berwarna lembayung tua. Biji buah berkulit ari tipis dengan warna cokelat mengilap. Jengkol dapat menimbulkan bau tidak sedap pada urin setelah diolah dan diproses oleh pencernaan, terutama bila dimakan segar sebagai lalap.[1]

SEKILAS TENTANG KANKER

Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali di dalam tubuh . Pertumbuhan sel abnormal ini dapat merusak sel normal di sekitarnya dan di bagian tubuh yang lain.[2]

Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakteraturan perjalanan hormon yang mengakibatkan tumbuhnya daging pada jaringan tubuh yang normal atau sering dikenal sebagai tumor ganas[1]. Selain itu gejala ini juga dikenal sebagai neoplasma ganas dan seringkali ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk:

1. tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal)
2. menyerang jaringan biologis di dekatnya.
3. bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis.

Tiga karakter ganas inilah yang membedakan kanker dari tumor jinak. Sebagian besar kanker membentuk tumor, tetapi beberapa tidak, seperti leukemia. Cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan studi, diagnosis, perawatan, dan pencegahan kanker disebut onkologi.[3]

Apakah ada penelitian yang menghubungkan jengkol dengan kanker?

1. Pada tahun 2019 diterbitkan sebuah artikel laporan penelitian dengan judul SITOTOKSISITAS EKSTRAK ETANOL 70% KULIT JENGKOL (ARCHIDENDRON JIRINGA (JACK). I.C. NIELSEN) TERHADAP PENGHAMBATAN SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 DAN KANKER SERVIKS HELA.[4]

1.1. Artikel ini diterbitkan melalui Jurnal Ilmiah Manuntung, Akademi Farmasi Samarinda

1.2. Penelitian dilakukan oleh
1.2.1. Harry Noviardi, Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi Bogor
1.2.2. Antonius Padua Ratu, Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi Bogor
1.2.3. Diah Ajeng Tri R Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi Bogor

1.3. Isi penelitian berdasarkan pemahaman saya sebagai berikut:

Kanker menjadi penyakit yang menyita perhatian para ahli.

Kanker payudara dan kanker serviks menjadi penyakit terutama kanker pada wanita.

Beberapa cara yang telah banyak dilakukan untuk mengatasi tingginya insiden penyakit kanker payudara dan kanker serviks antara lain dengan pembedahan, kemoterapi, radioterapi, terapi hormon atau terapi antibodi monoklonal.

Hanya saja obat-obat kemoterapeutik yang ada, memiliki efek samping dengan merusak sel sehat penderita.

Terutama menghambat pembelahan sel normal yang proliferasinya cepat misalnya sumsum tulang, epitel germinativum, mukosa saluran cerna, folikel rambut dan jaringan limfosit.

Selain itu dari segi biaya yang tinggi namun tingkat keberhasilan terapi belum optimal, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji dan menemukan obat baru yang lebih efektif dan selektif.

Salah satu tanaman yang telah diketahui kadar toksisitasnya adalah kulit jengkol. ==> Toksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap organisme. Toksisitas dapat mengacu pada dampak terhadap seluruh organisme, seperti hewan, bakteri, atau tumbuhan, dan efek terhadap substruktur organisme, seperti sel (sitotoksisitas) atau organ tubuh seperti hati (hepatotoksisitas).[5] <==

Kulit jengkol diketahui mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, polifenol dan saponin.

Flavonoid dalam struktur molekulnya mempunyai aktivitas antioksidan dan berpotensi dalam menghambat pertumbuhan sel kanker.

Berdasarkan pada penelitian Lubis, M. Y., Lamek, M., M. Pandapotan, N., Partomuan, S., 2016, Uji Fenolik dan Uji Toksisitas Ekstrak Metanol Kulit Jengkol (Archidendron jiringa). Chempublish Journal, 1 (2):42-51., ekstrak metanol dari kulit jengkol bersifat toksik, dengan nilai LC50 = 39,27ppm. Metode yang digunakan (Brine Shrimp Lethality Test).

Berdasarkan pada uraian diatas, pada penelitian ini bertujuan menentukan sitotoksisitas dari ekstrak etanol 70% kulit jengkol (Archidendron jiringa (Jack). I.C. Nielsen) terhadap penghambatan sel kanker payudara (MCF-7) dan kanker serviks (HeLa) menggunakan metode kolorimetri dengan pewarnaan MTT(3- (4,5-dimetil tiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium bromida). ==> Sitotoksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat pada sel.[6]<==

Jadi penelitian ini memakai obyek sel kanker payudara dan sel kanker serviks.

Sebagai pembanding dipakai obat antikanker doxorubicin yang memang sudah teruji sebagai obat antikanker.

Simpulan akhir dari penelitian ini sebagai berikut:

Kandungan senyawa pada ekstrak etanol 70% kulit jengkol berdasarkan pada penapisan fitokimia menunjukkan keberadaan golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, triterpenoid, dan saponin.

Hasil rendemen ekstrak kulit jengkol sebesar 6%.Nilai IC50 ekstrak kulit jengkol terhadap sel MCF-7 sebesar 51,76 μg/mL termasuk dalam kategori sitotoksisitas potensial sedangkan nilai IC50 kontrol positif doxorubicin terhadap sel MCF-7 lebih kecil, yaitu 19,39 μg/mL tergolong antikanker.

Nilai IC50 ekstrak kulit jengkol terhadap sel HeLa sebesar 39,618 μg/mL termasuk dalam kategori sitotoksisitas potensial dan nilai IC50 kontrol positif doxorubicin terhadap sel HeLa lebih besar, yaitu 71,44 μg/mL termasuk dalam kategori sitotoksisitas potensial.

Berdasarkan pada kategori sitotoksisitas tersebut maka ekstrak kulit jengkol dapat digunakan sebagai agen antikanker yang potensial terhadap kultur sel MCF-7 dan sel HeLa.

Kategori nilai sitotoksisitas dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:

(1) sitotoksik potensial jika IC50< 100 μg/mL,

(2) sitotoksik moderat jika 100 μg/mL < IC50 < 1000 μg/mL dan

(3) tidak toksik jika IC50> 1000 μg/mL.

Kelompok senyawa dengan sitotoksisitas potensial dapat digunakan sebagai agen antikanker sedangkan sitotoksisitas moderat dapat dimanfaatkan untuk kemoprevensi yang dapat mencegah dan menghambat pertumbuhan sel kanker.

(4) National Cancer Institute (NCI) mengelompokkan suatu senyawa tergolong antikanker jika IC50< 20 μg/mL.

Berdasarkan pada kategori sitotoksisitas tersebut maka ekstrak kulit jengkol dapat digunakan sebagai agen antikanker yang potensial terhadap kultur sel MCF-7 dan sel HeLa.

Namun, untuk melihat tingkat selektivitas ekstrak kulit jengkol dalam penghambatan sel maka perlu dilakukan pengujian terhadap sel normal kanker payudara dan kanker serviks.

2. Pada tahun 2012 diterbitkan artikel ilmiah dengan judul Antiangiogenesis and antioxidant activity of ethanol extracts of Pithecellobium jiringa oleh BMC complementary and alternative medicine.[7]

Sebelum kita membaca lebih jauhtentang artikel ini, ada beberapa istilah yang perlu dipahami.

Angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru dalam tubuh manusia, dan merupakan proses alamiah yang berperan penting dalam penyembuhan luka dan reproduksi.

"Tubuh mengontrol proses angiogenesis dengan mempertahankan keseimbangan antara faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan dan penghambatannya dalam sel-sel sehat. Apabila keseimbangan ini terganggu, terjadi proses angiogenesis yang terlalu sedikit atau sebaliknya," ungkap dr Ronald dalam siaran persnya baru-baru ini

Dr Ronald mengatakan, angiogenesis berperan penting dalam pertumbuhan dan penyebaran sel kanker. Pasokan darah diperlukan bagi tumor untuk tumbuh. Tumor bisa mendapatkan pasokan darah dengan cara mengeluarkan sinyal-sinyal kimia yang menyebabkan terjadinya angiogenesis.

Tumor juga dapat merangsang sel-sel normal di sekitarnya untuk menghasilkan molekul yang mengirim sinyal angiogenesis. Pembuluh darah baru yang dihasilkan akan memberi makan sel tumor dengan oksigen dan nutrisi yang membuat sel kanker mendesak jaringan di sekitarnya, berkembang ke seluruh tubuh dan membentuk koloni sel-sel kanker baru. Kondisi tersebut disebut metastasis.[8]

Angiogenesis adalah proses fisiologis di mana pembuluh darah baru terbentuk dari pembuluh darah yang telah ada.

Angiogenesis adalah proses normal dan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan, serta dalam penyembuhan luka dan dalam pembentukan jaringan granulasi. Namun, ini juga merupakan langkah fundamental dalam transisi tumor jinak menjadi ganas. Peran penting dari angiogenesis pada pertumbuhan tumor pertama kali ditemukan pada tahun 1971 oleh Judah Folkman, yang menggambarkan tumor sebagai "panas dan berdarah".

Berdasarkan cara terbentuknya, angiogenesis dapat dibedakan menjadi:.

Angiogenesis tunas (Sprouting angiogenesis) merupakan pembentukan pembuluh darah baru melalui pembentukan tunas dari pembuluh darah yang telah ada, seperti batang tumbuhan yang mengeluarkan tunas sampingnya.

Angiogenesis belah (Splitting angiogenesis) merupakan pembentukan pembuluh darah baru melalui pembelahan pembuluh darah yang telah ada.[9]

Ketika jaringan (sekumpulan sel) di dalam tubuh manusia mengalami kerusakan atau penuaan, jaringan ini akan digantikan oleh jaringan yang baru. Tidak terkecuali jaringan pembuluh darah, ia akan melakukan proses adaptasi dengan cara membentuk pembuluh darah baru sebagai respon perubahan kondisi di sekitar lingkungannya yang tidak menguntungkan atau bahkan membahayakan bagi kelangsungan hidup jaringan tersebut. Proses ini disebut angiogenesis.

Angiogenesis dapat bersifat normal (fisiologis) maupun tidak normal (patologis). Pada angiogenesis yang bersifat fisiologis, angiogenesis dapat terlihat pada jaringan yang sedang tumbuh, penyembuhan luka, ataupun siklus menstruasi pada wanita. Sementara angiogenesis yang bersifat patologis terutama dapat ditemukan pada keganasan maupun pada penyakit lainnya seperti pada infeksi, inflamasi (peradangan), malformasi vaskuler (kelainan pembentukan pembuluh darah), dan penyakit yang dicetuskan oleh hipoksia (kekurangan oksigen pada jaringan).[10]

Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) adalah protein yang membantu proses angiogenesis. Angiogenesis adalah sebuah proses pembentukan pembuluh darah baru.

Tetapi ternyata VEGF juga meiliki peran penting dalam berbagai penyakit. "Secara khusus VEGF yang berlebihan ditemukan dalam berbagai kanker dalam tubuh manusia, ia berperan mendukung pertumbuhan tumor dengan berbagai cara," ujar DR dr Aru W. Sudoyo, SpPD-KHOM, FACP.

dr Arya Wibitomo, MM MBA selaku Head of Medical Affairs PT Roche Indonesia yang juga hadir dalam kegiatan itu menambahkan bahwa ketika VEGF terlalu banyak maka akan menyebabkan penyebaran pembuluh darah liar.

"Pembuluh darah yang normal seharusnya seperti jalan tol, tetapi pada sel kanker pembuluhnya bisa jadi seperti hutan belantara, berantakan. Melalui pembuluh darah yang tidak beraturan dan berkembang dengan cepat inilah penyebaran kanker terjadi," ungkap dr Arya.[11]

Pakar hematologi onkologi medik dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Ronald Hukom menjelaskan, pengobatan dengan konsep anti-angiogenesis tidak langsung menyerang sel kanker, tetapi menyasar pembuluh darah yang dibutuhkan oleh sel kanker untuk tumbuh dan berkembang.

"Melalui cara ini, tumor tidak dapat berkembang, bahkan mengecil. Dia akan kelaparan karena pasokan darah dihentikan," kata Ronald Hukom pada Media Health Forum yang diselenggarakan Roche Indonesia di Jakarta, Rabu (17/12).

Dia menjelaskan, anti-angiogenesis termasuk golongan terapi target (targeted therapy) yang menggunakan obat-obatan untuk menghentikan tumor membentuk pembuluh darah baru. Tanpa pembuluh darah baru yang memasok nutrisi dan oksigen, tumor tak dapat tumbuh.[12]

Antioksidan merupakan molekul yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi molekul lain. Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas, sehingga memicu reaksi berantai yang dapat merusak sel.[13]

Kanker dan aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah adalah dua pembunuh utama yang dikaitkan dengan serangan radikal bebas.[14]

Sekarang mari kita baca penelitiannya.

2.1. Bahan yang dipakai adalah kulit buah jengkol.
2.2. Pengujian dilakukan terhadap tikus dan janin ayam.
2.3. Sel yang diuji adalah Sel endotel vena umbilikalis manusia (HUVEC), sel karsinoma payudara yang tergantung hormon (MCF 7), sel hepatokarsinoma manusia (Hep G2) dan fibroblas kolon normal (CCD-18Co).
2.4. Kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut:
Penelitian ini melaporkan untuk pertama kalinya penghambatan angiogenesis oleh ekstrak P. jiringa dengan memblokir ekspresi VEGF yang mengarah ke penghambatan proliferasi sel endotel, migrasi, dan diferensiasi menjadi jaringan kapiler fungsional pada matriks matrigel. Tanaman ini dapat menyediakan sumber baru agen antiangiogenesis yang dapat dianggap sebagai kandidat potensial dalam pengobatan penyakit terkait angiogenesis seperti kanker, psoriasis, rheumatoid arthritis dan retinopati diabetik.

3. Kesimpulan akhir

3.1. Ekstrak kulit buah jengkol berpotensi sebagai obat kanker.
3.2. Ekstrak kulit buah jengkol berpotensi sebagai angiogenesis.
3.3. Uji masih dilakukan pada tingkat sel dan binatang.
3.4. Uji belum dilakukan pada manusia.

Cukup sekian dulu ya, semoga berguna.
SILAHKAN DIBAGIKAN SEHINGGA BERGUNA JUGA BAGI ORANG LAIN.

Catatan tambahan
1. Saya bukan ahli dibidang kesehatan.
2. Tulisan saya ini hanya sebagai bahan belajar saja.
3. Jangan menjadikan tulisan saya sebagai panduan pengobatan.
4. Semua LINK sudah saya tes dan masih menyala saat artikel saya terbitkan.
5. Saya sangat membutuhkan kritik, saran dan masukan dari anda, silahkan anda tulis di komentar.

Sumber:
[1] Jengkol - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (2019, October 29). Retrieved from https://id.wikipedia.org/wiki/Jengkol

[2] Kanker. (2017, May 03). Retrieved from https://www.alodokter.com/penyakit-kanker

[3] Kanker - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (2019, October 23). Retrieved from https://id.wikipedia.org/wiki/Kanker

[4] Noviardi, H., Ratu, A., & Tri R, D. (2019). SITOTOKSISITAS EKSTRAK ETANOL 70% KULIT JENGKOL (ARCHIDENDRON JIRINGA (JACK). I.C. NIELSEN) TERHADAP PENGHAMBATAN SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 DAN KANKER SERVIKS HELA. Jurnal Ilmiah Manuntung, 5(1), 18-25. Retrieved from http://jurnal.akfarsam.ac.id/index.php/jim_akfarsam/article/view/201 / PDF https://jurnal.akfarsam.ac.id/index.php/jim_akfarsam/article/download/201/131

[5] Toksisitas - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (2019, October 15). Retrieved from https://id.wikipedia.org/wiki/Toksisitas

[6] Sitotoksisitas - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (2019, October 13). Retrieved from https://id.wikipedia.org/wiki/Sitotoksisitas

[7] Muslim, N. S., Nassar, Z. D., Aisha, A. F., Shafaei, A., Idris, N., Majid, A., & Ismail, Z. (2012). Antiangiogenesis and antioxidant activity of ethanol extracts of Pithecellobium jiringa. BMC complementary and alternative medicine, 12(1), 210. https://bmccomplementalternmed.biomedcentral.com/articles/10.1186/1472-6882-12-210

[8] BeritaSatu. com. (2019, November 05). Pengobatan Kanker dengan Konsep Anti-Angiogenesis. Retrieved from https://www.beritasatu.com/kesehatan/239588/pengobatan-kanker-dengan-konsep-antiangiogenesis

[9] Angiogenesis - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (2019, October 22). Retrieved from https://id.wikipedia.org/wiki/Angiogenesis

[10] Pembentukan Pembuluh Darah (Angiogenesis). (2015, May 23). Retrieved from http://majalah1000guru.net/2015/05/pembentukan-pembuluh-darah-angiogenesis

[11] VEGF, Protein yang Bisa Jadi Jahat Ketika Berlebihan. (2013, April 05). Retrieved from https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-2212090/vegf-protein-yang-bisa-jadi-jahat-ketika-berlebihan

[12] BeritaSatu. com. (2019, November 05). Terapi Anti-Angiogenesis Bikin Sel Kanker Kelaparan. Retrieved from https://www.beritasatu.com/kesehatan/234082/terapi-antiangiogenesis-bikin-sel-kanker-kelaparan

[13] Antioksidan - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (2019, October 21). Retrieved from https://id.wikipedia.org/wiki/Antioksidan

[14] Radikal Bebas Pemicu Penyakit Kronis. (2015, April 12). Retrieved from https://www.alodokter.com/radikal-bebas-pemicu-penyakit-kronis

Posting Komentar untuk "BENARKAH JENGKOL BERMANFAAT UNTUK KANKER? MANFAAT JENGKOL UNTUK KANKER PAYUDARA, MANFAAT JENGKOL UNTUK KANKER"